Sabtu, 29 Oktober 2016

Tokoh-Tokoh Komunikasi


1.    Shannon

Shannon lahir tahun 1916 di kota kecil Petosky, Michigan. Sejak kecil Shannon telah dikenalkan ayahnya pada benda-benda elekotronika, seperti radio. Shannon amat maju dalam memahami ilmu pengetahuan dan matematika. Shannon mengambil dua bidang pendidikan pada tingkat sarjana di Universitas Michigan; Jurusan Teknik Elektronika dan Matematika. Pada usia 21 tahun tepatnya tahun 1936 Shannon mengambil Master di MIT dan telah menjadi asisten peneliti Vannevar Bush. Shannon menyelesaikan program doktornya pada jurusan Matematika di MIT tahun 1940. Teori Informasi Shannon pertama kali dipublikasikan tahun 1948 melalui Bell System Technical Journal. Sumbangsihnya terhadap komunikasi berupa teori informasi dengan model matematikanya. 

2.    David K. Berlo

Berlo lahir tahun 1929. Ia merupakan salah satu mahasiswa generasi pertama di Program Doktor Komunikasi di bawah kepemimpinan Wilbur Schramm di Illinois. Berlo dikenal juga sebagai penemu program komuniaksi di Universitas Michigan yang banyak melahirkan doktor komunikasi. Berlo merupakan penulis buku teks komunikasi yang terkenal, The Process of Communication (1960). Buku ini mengajarkan model komunikasi SMCR; Source-Message-Channel-Receiver. Berlo mendasarkan rumusannya pada model komuniaksi yang dirumuskan Shannon, yaitu teori informasi dengan model matematikanya. Berlo menjadi mahasiswa program doktor yang dipimpin Wilbur Schramm di Illinois tahun 1953. Sebelumnya Berlo adalah mahasiswa Jurusan Matematika di Universitas Missouri. Berlo kelak menjadi pimpinan di fakultas komunikasi yang dibuka di Universitas Michigan.
  
3.    Hovland

Hovland lahir di Chicago, 12 Juni 1912. Memasuki Universitas Nothwestern sampai tingkat master. Ia melanjutkan ke program doktor pada Program Psikologi di Universitas Yale karena tertarik pada Clark Hull, seorang akademisi yang beraliran behaviorisme. Kepribadian Hovland sangat menarik. Dia seorang pendengar yang baik, pendiam, dan sedikit berbicara, tetapi dengan kemampuan luar biasa  Hovland diakui sangat jenius dan produktif. Dia dapat melakukan pekerjaan yang kompleks sekaligus, seperti mengedit naskah, berbicara lewat telepon, dan memasang slide. Pendekatan Hovland seringkali cenderung elektik yakni memakai banyak pendekatan daripada satu perspektif. Ujung karier Hovland adalah ketika dia diketahui menderita kanker dan meninggal. Hovland sebagaimana Laswell merupakan staff pengajar di Yale University yang tergolong universitas elit di Amerika. Penelitian Hovland tentang persuasi secara tidak langsung banyak dipengaruhi oleh teori-teori yang dikembangkan Freud. Hovland dikenal dengan penelitian-penelitian tentang persuasi dengan metode eksperimen. Karya penelitian Hovland diantaranya adalah tentang dampak film bagi pembangunan moral prajurit dalam manghadapi Perang Dunia II.

4.    Merton

Merton lahir sebagai anak imigran dari sebuah daerah kumuh di Philadelphia Utara. Merton memperoleh gelar BA dari Universitas Temple pada Program Sosiologi. Selama 3 tahun Merton mengajar kemudian menjadi associate professor, selanjutnya menjadi profesor serta pimpinan pada Departemen Sosiologi di Tulane University hingga dipanggil Universitas Colombia pada tahun 1941. Melalui tulisannya di tahun 1938 yang berjudul Social Structure and Anomie, mengantarkan Merton menjadi ahli teori sosial muda. Menurut Merton, baik kesesuaian (conformity) maupun penyimpangan (deviation) sama-sama produk dari struktur sosial. Merton dikenal sebagai intelektual perkotaan yang sangat dihargai karena pilihan kata-katanya, baik dalam tulisan maupun pembicaraan. Lazarsfeld sangat menghargainya dan menyebutnya sebagai “tuan sosiologi negeri ini (Amerika)”. Merton juga seorang sarjana komunikasi massa. Meron mengkaji bersama-sama dengan Fiske dan Curtis tentang jarinagn radio CBS. Merton merupakan pengajar di Universitas Columbia dalam kurun waktu 35 tahun bersama dengan Lazarsfeld. Merton dikenal sebagai ahli ilmu sosial, sedangkan Lazarsfeld sebagai ahli metode penelitian kuantitatif yang mempelajari dampak komunikasi. Keberadaan dua figur ini di tahun 1941 ikut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi merosotnya pamor Chicago School. Pada tahun 1943 Merton menjadi Direktur Pembantu di Bureau of Applied Social Research yang dipimpin Lazarsfeld di Columbia University. Salah satu jasa penting Merton adalah kecenderungan Merton membawa middle range theory dalam kajian komunikasi. Karya Merton yang terkenal adalah Social Theory and Social Structure (1949).

5.    Lazarsfeld

Lazarsfeld lahir dan menghabiskan tiga puluh tahun pertama hidupnya di Wina. Lazarsfeld melihat ayahnya sebagai pengacara yang sangat miskin dan tidak sukses. Kehidupan Lazarsfeld merupakan perpaduan antara dunia akademik dan bisnis. Ibunya tidak memiliki pendidikan formal, tetapi dikenal sebagai penulis buku How the woman Experiences the Male yang terbit di Eropa tahun 1931. Lazarsfeld mmperoleh bekal pendidikan yang memadai sebagaimana tipikal naka-anak kalangan menengah di Wina. Pada tahun 1925, dalam usia 24 tahun, Lazarsfeld memperoleh gelar doktor dalam matematika terapan dari Universitas Wina. Lazarsfeld merupakan salah seorang pemikir dan ahli ilmu sosial eropa yang muncul pada awal PD II. Dia menyebut dirinya sebagai positivis eropa. Lazarsfeld dikenal dengan lembaganya The Bureau of Applied Social Research yang banyak melakukan penelitian tentang radio dan surat kabar.
  
6.    Rogers

Rogers memiliki konsep yang disebut Rogers-Farace Coding System (one up, one down, dan one across) yang dapat digunakan untuk menghitung pertukaran pesan komunikasi. Sistem koding ini telah digunakan pada sejumlah bidang mulai dari interaksi polisi dengan negoisasi buruh, anak-anak yang tidak dapat belajar, wawancara pekerjaan, interaksi di ruang kelas, pertemuan staf dengan manajer hingga konteks perkawinan dan sistem keluarga. Rogers dikenal dengan tulisan-tulisannya tentang difusi inovasi dan jaringan komunikasi. Terdapat beberapa buku karya Rogers yang terkenal diantaranya Communication Network, Communication Technology New Media in Society, History of Communication Study a Biographical Approach dan Organization Communication. Rogers termasuk ilmuwan yang merasakan terdapatnya aspek lain selain pendekatan scientific yang cenderung memandang komunikasi sebagai proses yang linier. Seperti Schramm, Rogers juga datang dari disiplin lain, kemudian tertarik mempelajari komunikasi dan dalam perkembangannya menetap menekuni ilmu komunikasi. Rogers meraih gelar master dari Iowa State University. Rogers meraih gelar doktor tahun 1957 dengan disertasi bertema tentang difusi inovasi pertanian di antara para petani di sebuah masyarakat pedesaan di Iowa. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers pindah ke Ohio State University sebagai asisten profesor dalam sosilogi pedesaan dengan spesialisasi difusi inovasi. Di tempat ini Rogers aktif melakukan berbagi penelitian komuniaksi yang banyak dilakuakn secara lintas departemen. Pada tahun 1964 Rogers pindah ke Michigan State University dan bersama-sama dengan David K. Berlo membina jurusan ilmu komunikasi. Rogers mengabdi di michigan State University hingga tahun 1972 kemudian pindah ke Stanford University. Di sini Rogers menggantikan Schramm sebagai Ketua Departemen Komunikasi. Terakhir Rogers memimpin Departemen Komuniaksi University of New Mexico di negara bagian selatan amerika. Secara formal Rogers berasal dari sosiologi, tetapi perhatiannya lebih banyak pada komunikasi.
C. Wright Mills merupakan mantan profesor Sosiologi di Columbia University, New York. Mills adalah seorang kritikus sosisal yang berpengaruh. Mills lahir di Waco, Texas pada tahun 1916. Ia mendapatkan gelar sarjana muda dari University of Texas, Austin dengan prestasi akademik yang luar biasa. Kemudian ia meraih Ph.D. sosiologi dari Universitas Wisconsin. Mills mengajar di Universitas Maryland, tetapi sering melakukan perjalanan ke Greenwich Village, New York, tempat dia bertemu dengan para intelektual kritis, seperti Horkheimer, Adorno dan Herbert Marcuse dari Frankurt School yang hidup dalam pembuangan di New York. Robert K.Merton mengetahui keinginan Mills untuk pindah Ke New York lalau memberi rekomendasi pada Lazarsfeld yang lantas mengajakanya ke lembaga yang dipimpinnya di tahun 1945. Pada dekade 1950-an Mills menulis serangkaian buku, seperti white collar: The American Middle Classes (1951), The Power Elite (1956), The Sociological Imagination (1959).

7.    Herbert Schiller

Menurut Madjid Tehranian, Shiller bersama dengan Rogers dan sejumlah sarjana negara dunia ketiga, seperti Beltran merupakan angkatan kedua yang mengkaji komunikasi dan pembangunan yang muncul setelah PD II. Mereka dipengaruhi oleh teori Dependensia dalam pembangunan dan keterbelakangan pendekatan yang kritis mengenai peran media massa.
Schiller merupakan pofesor komuniaksi di Universitas California di San Diego dan sebelumnya telah mengajar di Pratt Institute di Brooklyn New York, Universitas Illinois di Urbana dan Universitas Amsterdam. Buku Schiller, Mass Communication and American Empire dikomentari oleh Robert Lewis Shayon di Saturday Review sebagai karya ilmiah Schiller yang independen yang merupakan peninjauan secara komprehensif pertama mengenai kebijakan dan struktur komunikasi massa internasional dan domestik di Amerika Serikat.

8.    Raymond Williams

Minat khusus Williams adalah pada isu yang menantang pikiran dan selalu mengisi waktu kerja para sarjana ilmu komunikasi, yaitu tentang isu efek media, agenda setting politik dan analisis isi. Karya-karya Williams menjadi salah satu satu sumber paling kaya dari kritisme kultural dalam tradisis Marxis Inggris juga memberi sumbangan pada kritik budaya dan sastra, teori politik dan komunikasi massa. Williams juga salah satu tokoh yang terkenal dalam kajian cultural studies. Karya Raymond Williams, The Long Revolution merupakan titik awal untuk menjelaskan bagaimana proses hegemoni budaya berlangsung dalam media.

9.    Melvin L. DeFleur

Konsep komunikasi yang digunakan oleh Melvin L. DeFleur. Melvin L. DeFleur menggambarkan model komunikasi massa alih-alih komunikasi anatrpribadi. Seperti diakui DeFleur, modelnya merupakan perluasan dari model-model yang dikemukankan para ahli lain, khususnya Shannon dan Weaver, dengan memasukan perangkat mediamassa (mass medium device) dan perangkat umpan balik (feedback device). Ia menggambarkan sumber (source), pemancar (transmitter) penerima ( receiver) dan sasaran (destination) sebagai fase-fase terpisah dalam proses komunikasi massa, serupa dengan fase-fase yang digambarkan Schramm (source, encoder, signal, decoder, destination) dalam prose komunikasi massa.
Transmitter dan receiver dalam model DeFleur, seperti juga Transmitter dan receiver dalam model Shannon dan Weaver, parallel dengan encoder dan decoder dalam model Schramm. Source dan transmitter adalah dua fase / fungsi yang berbeda yang dilakukan seseroang.
Fungsi receiver dalam model DeFleur adalah menerima informasi dan menyandi-baliknya –mengubah peristiwa fisik informasi menjadi pesan (system symbol yang signifikan). Dalam percakapan biasa, receiver ini merujuk kepada alat pendengan manusia, yang menerima getaran udara dan mengubahnya menjadi implus saraf, sehingga menjadi symbol verbal yang dapat dikenal.
Dalam komunikasi tertulis, mekanisme visual mempunyai fungsi sejajar. Menurut DeFleur komunikasi bukanlah pemindahan makna. Alih-laih, komunikasi terjadi lewat suatu operasi seperangkat komponen dalam suatu system teoritis, yang keonsekuensinya adalah isomorfisme (isomorphism) diantara respons internal (makna) terhadap seperangkat symbol tertentu pada pihak pengirim dan penerima. Isomorfisme makna merujuk pada upya membauta makna terkoordinasikan antara pengirim dan khalayak.

10.           Harold Dwight Lasswell                                         

Ha rold Dwight Lasswell lahir pada tanggal 13 Februari 1902 dan meninggal pada tanggal 18 Desember 1978 pada umur 76 tahunDia adalah seorang ilmuwan politik terkemuka di Amerika Serikat dan seorang pencetus teori komunikasi. Dia juga adalah anggota dari Chicago chool of Sociology dan seorang Profesor Chicago School of Sociology di Yale UniversitySelain itu dia juga adalah Presiden Asosiasi Ilmu Politik Amerika (APSA) dan Akademi Seni dan Sains Dunia (WAAS). Menurut sebuah biografi yang ditulis oleh Gabriel Almond pada saat kematian Lasswell yang diterbitkan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional pada tahun 1987, Lasswell termasuk dalam peringkat inovator-inovator kreatif dalam ilmu-ilmu sosial di abad ke-20. Pada saat itu, Almond menegaskan bahwa "beberapa orang akan menegaskan bahwa ia adalah ilmuwan politik yang paling asli dan paling produktif di masanya." Bidang penelitian di mana Lasswell bekerja yaitu pentingnya kepribadian, struktur sosial, dan budaya dalam penjelasan fenomena politik. Di masa depan Ia akan tercatat menggunakan berbagai pendekatan metodologis yang kemudian menjadi standar di berbagai tradisi intelektual termasuk teknik wawancara, analisis isi, para-eksperimental teknik, dan pengukuran statistik.
Dia terkenal karena komentarnya pada teori komunikasi:
Who (says) What (to) Whom (in) What Channel (with) What Effect
Siapa (kata) Apa (untuk) Siapa (dalam) Apa Channel (dengan) Apa Efek 
Karya-karya dari Harold Dwight Lasswell :
1. Propaganda Technique in the World War (1927; dicetak ulang menggunakan kata pengantar
    baru,  1971)
2. Psychopathology and Politics, (1930; reprinted, 1986)
3. World Politics and Personal Insecurity (1935; dicetak ulang menggunakan kata pengantar
     baru, 1965)
4. Politics: Who Gets What, When, How (1935)
5. "The Garrison State" (1941)
6. Power and Personality (1948)
Lasswell belajar di Universitas Chicago pada tahun 1920, dan sangat dipengaruhi oleh pragmatisme mengajar di sana, terutama karena dikemukakan oleh John Dewey dan George Herbert Mead. Dia lebih berpengaruh pada Freudian filsafat yang menginformasikan banyak analisis tentang propaganda dan komunikasi secara umum. Selama Perang Dunia II, Lasswell menjabat sebagai Kepala Divisi Eksperimental untuk Studi Komunikasi Waktu Perang di Perpustakaan Kongres. Ia menganalisis film propaganda Nazi untuk mengidentifikasi mekanisme persuasi digunakan untuk mengamankan persetujuan dan dukungan dari rakyat Jerman untuk Hitler dan kekejaman masa perang. Selalu melihat ke depan, di akhir hidupnya, Lasswell bereksperimen dengan pertanyaan mengenai astropolitics, konsekuensi politik dari kolonisasi planet lain, dan "Koloni Manusia Mesin."
Peran Lasswell adalah penting dalam perkembangan pasca-Perang Dunia II. Demikian pula, definisinya tentang propaganda juga dilihat sebagai sebuah perkembangan penting untuk memahami tujuan propaganda. Studi Laswell pada propraganda, yaitu membuat terobosan pada subjek untuk memperluas pandangan terkini tentang cara dan tujuan untuk dapat dicapai melalui propaganda untuk tidak hanya mencakup perubahan pendapat tetapi juga berubah dalam tindakan.
Bukunya aim to indoctrinate dipandang sebagai ciri khas propaganda.


"Propaganda adalah ekspresi dari pendapat atau tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh individu atau kelompok dengan maksud untuk mempengaruhi pendapat atau tindakan orang lain atau kelompok untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan melalui manipulasi psikologis"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar