1.
Shannon
Shannon lahir tahun 1916 di kota kecil Petosky, Michigan.
Sejak kecil Shannon telah dikenalkan ayahnya pada benda-benda elekotronika,
seperti radio. Shannon amat maju dalam memahami ilmu pengetahuan dan
matematika. Shannon mengambil dua bidang pendidikan pada tingkat sarjana di
Universitas Michigan; Jurusan Teknik Elektronika dan Matematika. Pada usia 21
tahun tepatnya tahun 1936 Shannon mengambil Master di MIT dan telah menjadi
asisten peneliti Vannevar Bush. Shannon menyelesaikan program doktornya pada
jurusan Matematika di MIT tahun 1940. Teori Informasi Shannon pertama kali
dipublikasikan tahun 1948 melalui Bell System Technical Journal. Sumbangsihnya
terhadap komunikasi berupa teori informasi dengan model matematikanya.
2.
David K. Berlo
Berlo lahir tahun 1929. Ia merupakan salah satu mahasiswa
generasi pertama di Program Doktor Komunikasi di bawah kepemimpinan Wilbur
Schramm di Illinois. Berlo dikenal juga sebagai penemu program komuniaksi di
Universitas Michigan yang banyak melahirkan doktor komunikasi. Berlo merupakan
penulis buku teks komunikasi yang terkenal, The Process of
Communication (1960). Buku ini mengajarkan model komunikasi SMCR;
Source-Message-Channel-Receiver. Berlo mendasarkan rumusannya pada model
komuniaksi yang dirumuskan Shannon, yaitu teori informasi dengan model
matematikanya. Berlo menjadi mahasiswa program doktor yang dipimpin Wilbur
Schramm di Illinois tahun 1953. Sebelumnya Berlo adalah mahasiswa Jurusan
Matematika di Universitas Missouri. Berlo kelak menjadi pimpinan di fakultas
komunikasi yang dibuka di Universitas Michigan.
3.
Hovland
Hovland lahir di Chicago, 12 Juni 1912. Memasuki Universitas
Nothwestern sampai tingkat master. Ia melanjutkan ke program doktor pada
Program Psikologi di Universitas Yale karena tertarik pada Clark Hull, seorang
akademisi yang beraliran behaviorisme. Kepribadian Hovland sangat menarik. Dia
seorang pendengar yang baik, pendiam, dan sedikit berbicara, tetapi dengan
kemampuan luar biasa Hovland diakui sangat jenius dan produktif. Dia
dapat melakukan pekerjaan yang kompleks sekaligus, seperti mengedit naskah,
berbicara lewat telepon, dan memasang slide. Pendekatan Hovland seringkali
cenderung elektik yakni memakai banyak pendekatan daripada satu perspektif.
Ujung karier Hovland adalah ketika dia diketahui menderita kanker dan
meninggal. Hovland sebagaimana Laswell merupakan staff pengajar di Yale
University yang tergolong universitas elit di Amerika. Penelitian Hovland
tentang persuasi secara tidak langsung banyak dipengaruhi oleh teori-teori yang
dikembangkan Freud. Hovland dikenal dengan penelitian-penelitian tentang
persuasi dengan metode eksperimen. Karya penelitian Hovland diantaranya adalah
tentang dampak film bagi pembangunan moral prajurit dalam manghadapi Perang Dunia
II.
4.
Merton
Merton lahir sebagai anak imigran dari sebuah daerah kumuh
di Philadelphia Utara. Merton memperoleh gelar BA dari Universitas Temple pada
Program Sosiologi. Selama 3 tahun Merton mengajar kemudian menjadi associate
professor, selanjutnya menjadi profesor serta pimpinan pada Departemen
Sosiologi di Tulane University hingga dipanggil Universitas Colombia pada tahun
1941. Melalui tulisannya di tahun 1938 yang berjudul Social Structure and
Anomie, mengantarkan Merton menjadi ahli teori sosial muda. Menurut Merton,
baik kesesuaian (conformity) maupun penyimpangan (deviation) sama-sama produk
dari struktur sosial. Merton dikenal sebagai intelektual perkotaan yang sangat
dihargai karena pilihan kata-katanya, baik dalam tulisan maupun pembicaraan. Lazarsfeld
sangat menghargainya dan menyebutnya sebagai “tuan sosiologi negeri ini
(Amerika)”. Merton juga seorang sarjana komunikasi massa. Meron mengkaji
bersama-sama dengan Fiske dan Curtis tentang jarinagn radio CBS. Merton
merupakan pengajar di Universitas Columbia dalam kurun waktu 35 tahun bersama
dengan Lazarsfeld. Merton dikenal sebagai ahli ilmu sosial, sedangkan
Lazarsfeld sebagai ahli metode penelitian kuantitatif yang mempelajari dampak
komunikasi. Keberadaan dua figur ini di tahun 1941 ikut menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi merosotnya pamor Chicago School. Pada tahun 1943
Merton menjadi Direktur Pembantu di Bureau of Applied Social Research yang
dipimpin Lazarsfeld di Columbia University. Salah satu jasa penting Merton
adalah kecenderungan Merton membawa middle range theory dalam kajian
komunikasi. Karya Merton yang terkenal adalah Social Theory and Social
Structure (1949).
5.
Lazarsfeld
Lazarsfeld lahir dan menghabiskan tiga puluh tahun pertama
hidupnya di Wina. Lazarsfeld melihat ayahnya sebagai pengacara yang sangat
miskin dan tidak sukses. Kehidupan Lazarsfeld merupakan perpaduan antara dunia
akademik dan bisnis. Ibunya tidak memiliki pendidikan formal, tetapi dikenal
sebagai penulis buku How the woman Experiences the Male yang terbit di Eropa
tahun 1931. Lazarsfeld mmperoleh bekal pendidikan yang memadai sebagaimana
tipikal naka-anak kalangan menengah di Wina. Pada tahun 1925, dalam usia 24
tahun, Lazarsfeld memperoleh gelar doktor dalam matematika terapan dari
Universitas Wina. Lazarsfeld merupakan salah seorang pemikir dan ahli ilmu
sosial eropa yang muncul pada awal PD II. Dia menyebut dirinya sebagai
positivis eropa. Lazarsfeld dikenal dengan lembaganya The Bureau of Applied
Social Research yang banyak melakukan penelitian tentang radio dan surat kabar.
6.
Rogers
Rogers memiliki konsep yang disebut Rogers-Farace Coding
System (one up, one down, dan one across) yang dapat digunakan untuk menghitung
pertukaran pesan komunikasi. Sistem koding ini telah digunakan pada sejumlah
bidang mulai dari interaksi polisi dengan negoisasi buruh, anak-anak yang tidak
dapat belajar, wawancara pekerjaan, interaksi di ruang kelas, pertemuan staf
dengan manajer hingga konteks perkawinan dan sistem keluarga. Rogers dikenal
dengan tulisan-tulisannya tentang difusi inovasi dan jaringan komunikasi.
Terdapat beberapa buku karya Rogers yang terkenal diantaranya Communication
Network, Communication Technology New Media in Society, History of
Communication Study a Biographical Approach dan Organization Communication.
Rogers termasuk ilmuwan yang merasakan terdapatnya aspek lain selain pendekatan
scientific yang cenderung memandang komunikasi sebagai proses yang linier.
Seperti Schramm, Rogers juga datang dari disiplin lain, kemudian tertarik
mempelajari komunikasi dan dalam perkembangannya menetap menekuni ilmu
komunikasi. Rogers meraih gelar master dari Iowa State University. Rogers
meraih gelar doktor tahun 1957 dengan disertasi bertema tentang difusi inovasi
pertanian di antara para petani di sebuah masyarakat pedesaan di Iowa. Setelah
mendapat gelar doktor, Rogers pindah ke Ohio State University sebagai asisten
profesor dalam sosilogi pedesaan dengan spesialisasi difusi inovasi. Di tempat
ini Rogers aktif melakukan berbagi penelitian komuniaksi yang banyak dilakuakn
secara lintas departemen. Pada tahun 1964 Rogers pindah ke Michigan State
University dan bersama-sama dengan David K. Berlo membina jurusan ilmu
komunikasi. Rogers mengabdi di michigan State University hingga tahun 1972
kemudian pindah ke Stanford University. Di sini Rogers menggantikan Schramm
sebagai Ketua Departemen Komunikasi. Terakhir Rogers memimpin Departemen
Komuniaksi University of New Mexico di negara bagian selatan amerika. Secara
formal Rogers berasal dari sosiologi, tetapi perhatiannya lebih banyak pada
komunikasi.
C. Wright Mills merupakan mantan profesor Sosiologi di
Columbia University, New York. Mills adalah seorang kritikus sosisal yang
berpengaruh. Mills lahir di Waco, Texas pada tahun 1916. Ia mendapatkan gelar
sarjana muda dari University of Texas, Austin dengan prestasi akademik yang
luar biasa. Kemudian ia meraih Ph.D. sosiologi dari Universitas Wisconsin.
Mills mengajar di Universitas Maryland, tetapi sering melakukan perjalanan ke
Greenwich Village, New York, tempat dia bertemu dengan para intelektual kritis,
seperti Horkheimer, Adorno dan Herbert Marcuse dari Frankurt School yang hidup
dalam pembuangan di New York. Robert K.Merton mengetahui keinginan Mills untuk
pindah Ke New York lalau memberi rekomendasi pada Lazarsfeld yang lantas
mengajakanya ke lembaga yang dipimpinnya di tahun 1945. Pada dekade 1950-an
Mills menulis serangkaian buku, seperti white collar: The American Middle
Classes (1951), The Power Elite (1956), The Sociological Imagination (1959).
7.
Herbert Schiller
Menurut Madjid Tehranian, Shiller bersama dengan Rogers dan
sejumlah sarjana negara dunia ketiga, seperti Beltran merupakan angkatan kedua
yang mengkaji komunikasi dan pembangunan yang muncul setelah PD II. Mereka
dipengaruhi oleh teori Dependensia dalam pembangunan dan keterbelakangan
pendekatan yang kritis mengenai peran media massa.
Schiller merupakan pofesor komuniaksi di Universitas
California di San Diego dan sebelumnya telah mengajar di Pratt Institute di
Brooklyn New York, Universitas Illinois di Urbana dan Universitas Amsterdam.
Buku Schiller, Mass Communication and American Empire dikomentari oleh Robert
Lewis Shayon di Saturday Review sebagai karya ilmiah Schiller yang independen
yang merupakan peninjauan secara komprehensif pertama mengenai kebijakan dan
struktur komunikasi massa internasional dan domestik di Amerika Serikat.
8.
Raymond Williams
Minat khusus Williams adalah pada isu yang menantang pikiran
dan selalu mengisi waktu kerja para sarjana ilmu komunikasi, yaitu tentang isu
efek media, agenda setting politik dan analisis isi. Karya-karya Williams
menjadi salah satu satu sumber paling kaya dari kritisme kultural dalam
tradisis Marxis Inggris juga memberi sumbangan pada kritik budaya dan sastra,
teori politik dan komunikasi massa. Williams juga salah satu tokoh yang
terkenal dalam kajian cultural studies. Karya Raymond Williams, The Long
Revolution merupakan titik awal untuk menjelaskan bagaimana proses hegemoni
budaya berlangsung dalam media.
9.
Melvin
L. DeFleur
Konsep
komunikasi yang digunakan oleh Melvin L. DeFleur. Melvin L. DeFleur
menggambarkan model komunikasi massa alih-alih komunikasi anatrpribadi. Seperti
diakui DeFleur, modelnya merupakan perluasan dari model-model yang dikemukankan
para ahli lain, khususnya Shannon dan Weaver, dengan memasukan perangkat
mediamassa (mass medium device) dan perangkat umpan balik (feedback device). Ia
menggambarkan sumber (source), pemancar (transmitter) penerima ( receiver) dan
sasaran (destination) sebagai fase-fase terpisah dalam proses komunikasi massa,
serupa dengan fase-fase yang digambarkan Schramm (source, encoder, signal,
decoder, destination) dalam prose komunikasi massa.
Transmitter
dan receiver dalam model DeFleur, seperti juga Transmitter dan receiver dalam
model Shannon dan Weaver, parallel dengan encoder dan decoder dalam model
Schramm. Source dan transmitter adalah dua fase / fungsi yang berbeda yang dilakukan
seseroang.
Fungsi receiver dalam model DeFleur adalah menerima informasi dan menyandi-baliknya –mengubah peristiwa fisik informasi menjadi pesan (system symbol yang signifikan). Dalam percakapan biasa, receiver ini merujuk kepada alat pendengan manusia, yang menerima getaran udara dan mengubahnya menjadi implus saraf, sehingga menjadi symbol verbal yang dapat dikenal.
Fungsi receiver dalam model DeFleur adalah menerima informasi dan menyandi-baliknya –mengubah peristiwa fisik informasi menjadi pesan (system symbol yang signifikan). Dalam percakapan biasa, receiver ini merujuk kepada alat pendengan manusia, yang menerima getaran udara dan mengubahnya menjadi implus saraf, sehingga menjadi symbol verbal yang dapat dikenal.
Dalam
komunikasi tertulis, mekanisme visual mempunyai fungsi sejajar. Menurut DeFleur
komunikasi bukanlah pemindahan makna. Alih-laih, komunikasi terjadi lewat suatu
operasi seperangkat komponen dalam suatu system teoritis, yang keonsekuensinya
adalah isomorfisme (isomorphism) diantara respons internal (makna) terhadap
seperangkat symbol tertentu pada pihak pengirim dan penerima. Isomorfisme makna
merujuk pada upya membauta makna terkoordinasikan antara pengirim dan khalayak.
10.
Harold Dwight Lasswell
Ha rold Dwight Lasswell lahir pada tanggal 13 Februari 1902 dan
meninggal pada tanggal 18 Desember 1978 pada umur 76 tahun. Dia adalah seorang ilmuwan politik
terkemuka di Amerika
Serikat dan seorang pencetus teori komunikasi. Dia juga adalah anggota dari
Chicago chool of Sociology
dan seorang Profesor
Chicago School
of Sociology di Yale University. Selain itu dia juga adalah Presiden
Asosiasi Ilmu Politik Amerika (APSA) dan Akademi Seni dan Sains Dunia (WAAS).
Menurut sebuah biografi yang ditulis oleh Gabriel Almond pada saat kematian
Lasswell yang diterbitkan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional pada tahun
1987, Lasswell termasuk dalam peringkat inovator-inovator kreatif dalam
ilmu-ilmu sosial di abad ke-20. Pada saat itu, Almond menegaskan
bahwa "beberapa orang akan menegaskan bahwa ia adalah ilmuwan politik yang
paling asli dan paling produktif di masanya." Bidang
penelitian di mana Lasswell bekerja yaitu pentingnya kepribadian, struktur
sosial, dan budaya dalam penjelasan fenomena politik. Di masa depan Ia akan
tercatat menggunakan berbagai pendekatan metodologis yang kemudian menjadi
standar di berbagai tradisi intelektual termasuk teknik wawancara, analisis
isi, para-eksperimental teknik, dan pengukuran statistik.
Dia terkenal
karena komentarnya pada teori komunikasi:
Who (says) What (to) Whom (in) What
Channel (with) What Effect
Siapa (kata) Apa (untuk) Siapa (dalam)
Apa Channel (dengan) Apa Efek
Karya-karya
dari Harold Dwight Lasswell :
1. Propaganda Technique in the World War (1927; dicetak
ulang menggunakan kata pengantar
baru, 1971)
baru, 1971)
2. Psychopathology and Politics, (1930; reprinted, 1986)
3. World Politics and Personal Insecurity (1935; dicetak
ulang menggunakan kata pengantar
baru, 1965)
baru, 1965)
4. Politics: Who Gets What, When, How (1935)
5. "The Garrison State" (1941)
6. Power and Personality (1948)
Lasswell belajar di Universitas Chicago
pada tahun 1920, dan sangat dipengaruhi oleh pragmatisme mengajar di sana,
terutama karena dikemukakan oleh John Dewey dan George Herbert Mead. Dia lebih
berpengaruh pada Freudian filsafat yang menginformasikan banyak analisis tentang
propaganda dan komunikasi secara umum. Selama Perang Dunia II, Lasswell
menjabat sebagai Kepala Divisi Eksperimental untuk Studi Komunikasi Waktu
Perang di Perpustakaan Kongres. Ia menganalisis film propaganda Nazi untuk
mengidentifikasi mekanisme persuasi digunakan untuk mengamankan persetujuan dan
dukungan dari rakyat Jerman untuk Hitler dan kekejaman masa perang. Selalu
melihat ke depan, di akhir hidupnya, Lasswell bereksperimen dengan pertanyaan
mengenai astropolitics, konsekuensi politik dari kolonisasi planet lain, dan
"Koloni Manusia Mesin."
Peran Lasswell adalah penting dalam perkembangan
pasca-Perang Dunia II. Demikian pula, definisinya tentang propaganda juga
dilihat sebagai sebuah perkembangan penting untuk memahami tujuan propaganda.
Studi Laswell pada propraganda, yaitu membuat terobosan pada subjek untuk
memperluas pandangan terkini tentang cara dan tujuan untuk dapat dicapai
melalui propaganda untuk tidak hanya mencakup perubahan pendapat tetapi juga
berubah dalam tindakan.
Bukunya aim to indoctrinate dipandang sebagai ciri khas
propaganda.
"Propaganda adalah ekspresi dari pendapat atau tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh individu atau kelompok dengan maksud untuk mempengaruhi pendapat atau tindakan orang lain atau kelompok untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan melalui manipulasi psikologis"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar